Latar Belakang Artikel Mengkaji Karya Karikatur Realis “Ganjar Bersepada” menggunakan Kajian Semiotika Ferdinand De Saussure
Aris Fadliilah - 202146500168
Darrel Arya Kusuma - 202146500153
Latar Belakang :
Karikatur merupakan gambar yang
mudah diingat dengan komentar satir yang menghibur. Karikatur memiliki tujuan
untuk mendorong pemikiran ulang dan menggambarkan pesan atau sindiran untuk
memperbaiki kehidupan dengan sentuhan humor (G.M. Sudarta,2007). Didalam jurnal
seni budaya yang dituliskan oleh Agus Sachari menguraikan seni visual sebagai
seni gambar yang mengungkapkan seorang individu secara berlebihan. Karikaturis
Alex Sobur, berpendapat bahwa karikatur adalah gambar yang mudah diingat karena
menggabungkan unsur hiburan, kritikan, dan ejekan. Seni karikatur sebagai karya
seni yang merangkum unsur humor dan kritikan tajam dalam medium dua dimensi
yang dijelaskan oleh Efik Mulyadi.
Semula karya karikatur hanya
merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan media kehadiran
sebuah karya berbentuk karikatur secara universal telah menjadi aktivitas yang
cukup berarti untuk sarana menyampaikan sebuah kritikan, ejekan maupun pesan
mengenai objek yang dibuat karikatur. Karikatur
biasanya digambarkan dengan seorang tokoh tokoh besar dari pemerintah, atleit
dan lain lain. Melalui karikatur, sang tokoh diharapkan dapat belajar atau
mengubah sikapnya ke arah lebih baik. Namun, keberhasilan pesan atau kritikan
pada karikatur tersebut tergantung pada individu yang melihatnya. Seiring
perubahan zaman, saat ini banyak orang yang secara langsung memakna sebuah
objek. Seseorang yang membuat sebuah karikatur sebaiknya memakai simbol simbol yang
mudah di cerna oleh khalayak luar. Seseorang yang membuat karikatur haruslah
memakai simbol, tanda dan hal semacamnya yang familiar kepada audiencenya,
sehingga tidak ada salah pemaknaan ataupun salah persepsi ketika audiens
melihat karikatur tersebut.
Perbedaan memaknakan mengenai tanda
atau simbol antara si pembuat karikatur dan si pembaca karikatur merupakan
hambatan komunikasi. Bisa saja si pembuat karikatur hanya sekedar membuat suatu
karya tanpa memasukan pesan, kritikan maupun ejekan di dalam karya tersebut.
Tetapi, si pembaca karya karikatur tersebut melihatnya berbeda, bisa jadi si
pembaca karikatur melihat ada beberapa pesan atau kritikan yang di sampaikan
kepada masyarakat tentang tokoh yang di gambar tersebut. Namun pengkajian ini
tidak mencoba untuk memahami pengaruh karikatur atau hubungan sebab akibat
terbentuknya persepsi dari sebuah karikatur. Disini pengkaji akan lebih fokus
kepada karya karikatur dan mengkaji makna di balik simbol, tanda atau indeks
yang terdapat didalamnya.
Karikatur Ganjar Bersepeda merupakan
lukisan karikatur yang di buat oleh seniman bernama Badil Satria. Lukisan ini
biasanya di tempatkan di Blok M yang menjadi tempat jualan lukisan seniman
tersebut. Menurut Badil Satria, dia membuat karikatur Ganjar Bersepeda tanpa
bermaksud untuk memberikan kritik ataupun pesan di dalamnya. Tetapi, jika
dipajang di tempat umum yang dimana banyak orang melihat, pastinya banyak orang
yang berpersepsi dan memaknakan karya Badil tersebut menjadi sebuah pesan atau
kritikan politik. Dengan demikian, pengkajian ini memilih karikatur Ganjar
Bersepeda untuk dikaji menjadi sebuah artikel. Karikatur ini di kaji untuk
mengetahui makna atau pesan yang akan di lihat oleh orang - orang terhadap
karikatur buatan Badil Satria.
Badil Satria setiap harinya menggambar
lukisan karikatur dan lukisan bergaya jepang di Blok M. Dia menjualkan
lukisannya kepada pecinta lukisan, dia pun setiap hari mengeksplore kemampuan
gambar karikaturnya agar jadi lebih bagus dan lebih baik. Pemilihan tokoh untuk
dijadikan karikaturnya dengan melihat bentuk dan tekstur wajah dari tokoh yang
ingin di gambar. Semakin halus dari tekstur wajah dan sempurna bentuk wajahnya,
maka semakin mudah buat dia untuk menggambar karikatur dari tokoh tersebut.
Maka dari itu tokoh seorang mantan gubernur Jawa Tengah dan calon Presiden saat
ini bernama Pak Ganjar Pranowo karena tektur dan bentuknya tidak sulit untuk
dijadikan menjadi karikatur. Setiap karikatur yang tersaji tentu saja selalu
mengandung makna – makna yang di lihat oleh perspektif orang lain, meskipun si
seniman tidak menaruh makna atau kritikan pada karikatur yang tersampaikan. Lalu
apa sebenarnya makna yang dilihat orang lain dari lukisan “Ganjar Bersepeda”, maka
dari itu pengkajian ini dilakukan untuk menemukan jawaban, pengkaji mencari dan
menulusuri makna yang dapat diambil dari lukisan tersebut.
Dalam pengkajian ini akan membahas
simbol, tanda, lambang dan gambar. Oleh karena itu pengkajian ini menggunakan
analisis semiotika teori Ferdinand De Sausser. Semiotika adalah ilmu yang
mempelajari tentang tanda supaya dapat mengetahui bagaimana tanda tersebut
berfungsi dan menghasilkan makna (Tinarbuko, 2008). Semiotika merupakan studi
tentang tanda – tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi tanda (Christomy dan
Yuwono, 2004).
Menurut Ferdinand De Saussure,
Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna dari tanda, dengan
menyertakan mitos dan metafora yang bersangkutan dengan tanda tersebut. Konsep –
konsep dasar dari semiotika yang di cetuskan Ferdinand De Saussure ini meliputi
Tanda/simbol, kode, mitos dan metafora. Ferdinand De Saussure juga membagikan 3
komponen tanda (sign) yaitu Tanda (sign), Penanda (signifier) dan Petanda
(Signified). Ketiga komponen ini harus memiliki eksistensi yang secara utuh.
Apabila salah satu komponen tidak ada, maka tanda tidak dapat dibicarakan atau
bahkan dibayangkan di benak seseorang.
Analisis Semiotika merupakan metode
yang tepat untuk mengkaji serta menganalisis makna dibalik visual atau gambar.
Melalui analisis semiotika inilah pengkaji akan mampu memahami sistem dan makna
tanda pada karikatur di dalam Karikatur “Ganjar Bersepeda”.
Perumusan
Masalah :
Berdasarkan
latar belakang masalah, pengkaji merumuskan masalah sebagai berikut :
"Bagaimana cara menemukan makna dari Karikatur "Ganjar Bersepeda" dengan metode analisis Semiotika Ferdinand De Saussure?"
“Bagaimana
makna Karikatur “Ganjar Bersepeda” dengan metode analisis Semiotika Ferdinand
De Saussure ?”
Komentar
Posting Komentar